Dimalam yang diterangi purnama ini aku sendiri, tiada yang
menemani, aku kecil, tak terlihat. Mungkin aku bayangan hingga tak dipedulikan,
tak dianggap ada. Aku merasa kesepian, sendiri, tak ada tempat berbagi, yaah
itu wajar sekali. Tak ada yang menemani, setiap hari, aku sendiri.
Kesepian yang selalu bersamaku, setia sekali fikirku. Orang lalu tak melihatku,
apa aku benalu? Aku rasa aku tak pernah mengganggu, kesenangan apalagi kedukaan
orang sekitarku, malah aku tak pernah mempedulikan itu. Apa aku terlalu sibuk
dengan duniaku? Hingga aku terbelenggu disuatu titik kejenuhanku.
Aku merasa hidup. glow in the dark. Yaah
itu kata-kata yang tepat kurasa! Aku mulai mengerti apa itu bahagia dan
menyadari hidupku yang gelap sebelumnya. Aku yang tak sama sekali mengerti
cinta tiba-tiba menjadi gila karnanya. Aku gila karna cinta, aku gila karna
keberadaannya. Saat dia berada bersamaku, dunia terasa berubah. Apa pabrik cat
sedang memproduksi cat dalam jumlah yang maximal hingga setiap langkah ku
melihat warna-warna yang indah. Senyumnya, tawanya… apa aku hidup didunia
lollipop yang over colourful?
Merasa dihargai, akupun bahagia, ini memang pertama kalinya. Sebahagian inikah?
Tak ada alasan untukku menjawab tidak. Kesuramanku selama ini bak daun yang
dimakan mikrofag, lumpuh, tak sanggup menyerangku lagi. Ia pergi menjauh.
Semenjak ada dia hidupku terasa lebih indah bahkan sempurna. Setiap pagi dia
menyapaku hingga kata-kata perpisahan dimalam hari. Aku tau, semenjak ada
dirinya aku lebih semangat menjalani hariku, perbedaan ini jelas terasa olehku.
Meski aku tau hubungan ini tidak memiliki status yang pasti, dia anggap aku
apa, aku tak tau. Namun tetap kunikmati hal menarik ini hingga dia mengatakan
hal yang sebenarnya memang kutunggu. Cinta. Yaah cinta. Dia mengatakan cinta padaku, dia membuatku
membeku, bahagia terlihat jelas diparasku. Tak dapat kupungkiri lagi. Dia jadi
milikku dan akupun jadi miliknya. Kamar yang tadinya rapih seketika kurubah
menjadi hancur bak rumah yang baru saja tertimpa gempa berkekuatan 15 scala
richter. Begitu bahagianyaa…
Memikirkannya aku merasa seperti orang dewasa yang sudah
pantas mencintai dan cintai oleh seseorang yang disebut ‘pacar’. Yah sekarang
aku sudah bisa memastikan status hubungan kami yang sempat semu.
Hari demi hari kulewati bahagia, bulan pertama terasa
begitu indah. Disekolah, digerbang sekolah, dicafe tempat biasa, ice cream
gelato malam ini terasa sangat luar biasa. Dengan tempat, resep, dan harga yang
sama namun dengan orang yang berbeda membuat ice cream ini terasa beda. Aku tau
hidupku yang suram sudah berubah meski aku tak tau berapa lama umurnya. Bulan
kedua kita tidak seperti bulan pertama namun masih kurasa bahagia. Begitu juga
dengan bulan ketiga, keempat, dan juga kelima. Dia masih tersenyum dan setia
menemaniku hinggaku terlelap dimalam harinya.
Ini sudah bulan keenam. Aku rasakan perbedaan. Apa yang
terjadi? Ada apa denganmu? Planning-planning
buruk mulai menghantuiku dan aku harap semuanya palsu. Sungguh aku
benar mencintainya dan aku tak mau………kehilangannya. Sejahat apa dia melarang
pabrik jotun, avitex, dan pabrik cat
lainnya berhenti berproduksi hingga warna dihidupku lama-kelamaan luntur.
Kemana semua warna-warni indah itu?
Lama-lama kurasa ini nyata, yang biasanya dia selalu
menyapaku dipagi hari kini hanya kicauan burung yang kunikmati, tak ada senyum
indah itu lagi yang biasanya menggetarkan batin hati. Yang biasanya mengucapkan
kata perpisahan dimalam hari kini tiada lagi, kita memang berpisah tapi tanpa
suatu ucapan dan dia tak kembali seperti biasanya dimalam hari. Sebenarnya dia
dimana? Dia kemana? Apa dia bisu hingga tak lagi bisa menyapaku? Atau………..semua
kebahagiaan ini, telah berpaling kelain hati. TIDAK! Aku tak akan pernah rela.
Setega apa dia mengembalikan hidupku yang sudah berwarna kekegelapan yang
sebenarnya pernah ada. Ku tak menyangka.
Namun kusadari sekuat apapun kumengatakan tidak, sebanyak apapun
bulir air mata yang menetes, dia tetap tidak akan kembali, bahkan datang
sebentar untuk memberikan penjelasan. Tidak akan pernah, percuma saja aku
berharap. Iyakan? Iya aku tau, mungkin ini hanyalah harapan-harapan bodoh
wanita yang mudah percaya cinta, yang selalu terlena oleh kata-kata indah.
Baiklah kini aku mengerti, aku
akan kembali kekehidupan lampauku, tak ada warna tak ada cinta namun juga tak
ada luka meski ada sedikit duka. Terimakasih cinta, terimakasih telah kau
bawaku kekehidupan yang berwarna.
Bibirku telah melupakan
semuanya namun tak bisa kupungkiri hatiku belum dan tak akan pernah bisa. Karna
sampai kata-kata ini kau baca, sampai kau menyadari semua, perasaan ini akan
masih ada dan tersimpan, tertata rapi, di salah satu bagian hati terdalam.
Selamanyaaaa….