Minggu, 01 Desember 2013

pastikan senyuman ini kembali

Aku tau mungkin aku bisa mengatakan iya, aku sanggup berkata rela, aku mampu berucap bisa dan terlihat tanpa air mata, sesungguhnya itu hanya topeng penutup muka
 Memang dulu aku menginginkan, aku mengatakan, menyarankan, ketika kau bilang kau tak akan
Ku katakan pada dunia bahwa ku ingin dan sungguh itu yang ku pinta
Ku katakan pada mereka pun aku bisa dan sanggup melewati semua
Ternyata mulut itu pendusta, yang hati katakan tak ia sampaikan yang hati inginkan tak bisa ia wujudkan
Munafik…… yah mungkin itulah kata-kata yang tepat
Mulutku memang berkata iya namun hati tak pernah
Mulutku memang menyarankan namun hati tak karuan
Meski kau sudah katakan tidak namun mulutku selalu memaksamu untuk melakukannya.
Sudah ku katakan itu hanya perkataan mulutku! Tidak bagi hatiku!
     Ini pertemuan yang belum bisa kuanggap terakhir karna ku tak pernah ingin. Aku tak tau hal apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus menangis didepanmu? Apa aku harus bahagia kau pergi menuntut ilmu? Apa aku harus marah kau tinggalkanku? Dan apa ku harus tertawa karna kepergian mendadakmu ini sedikit lucu? Ya baiklah kumemilih diam. Diam dengan tatapan kosong adalah menuku pagi ini. Matamu bagaikan kedukaan yang tak bisa kuperhatikan, aku tak sanggup. Aku tak bisa melakukan apa-apa selain berpura-pura tersenyum. Ini pedih bagiku. Banyak hal yang harus kukatakan tapi mengapa kuhanya diam? Banyak air mata yang harus kuluapkan namun mengapa kusembunyikan? Entah apa pikirku.
    Itu benar baru terasa kini, ketika kau telah pergi dan tak disini lagi meski kutau ini diluar rencanamu, ini mendadak tak berniat karna ku tau kau tak akan meninggalkanku.
     Dan kini ia menyesal, ya mulutku maksudku
Memang dulu ia memaksamu, menyarankanmu, menyuruhmu seolah-olah jika kau melakukannya ia sanggup meski kau selalu berkata tidak. Memang ia berkata rela, bisa, dan ingin mencoba. Namun kini? Apa yang terjadi? Kau menuruti keinginannya meski tak sengaja dan apakah dia bahagia dengan realita? setelah ia merasakannya tak ada senyuman yang tertinggal meski hanya sebuah hiasan. Lebih lagi ketika lagu Chrise yang sudah diaransement oleh d’massiv ini dihayati. Kenyataan yang harus ia hadapi, semua, sendiri………
Karna kau tak disini lagi meski ku tau kau ‘kan kembali, kau pasti kembali, iyakan? Kau tak akan meninggalkanku kan? Ya kuharap begitu karna sesungguhnya bagiku satu semester itu waktu yang lama setelah kau tinggalkan semua. meski kini selalu kuyakini hatiku bahwa itu tak selama yang ada dibayanganku.
Sungguh sebenarnya ini hal yang paling kubenci, mungkin aku egois tak ingin ditinggal tapi inilah aku. I hate to be left so much. Aku  sangat benci ditinggalkan, apalagi itu kau…… aku benci melakukan semua hal sendiri.
   Aku betul-betul merasa kehilangan tempat favorit dikotaku membuatku just wanna stay at home everytime dan membuatku kehilangan kantin sekolah yang membuatku tak bisa mengadu pada saat lapar, bosan, that makes me just wanna stay at class everyday. Aku benar-benar merasakan perubahan ini. Sungguh.
    Kini mulut dan hati berkelahi, hati tak bisa menerima, ini fatamorgana yang menyakitkan baginya. Mulut tak henti berucap sesal meski ia tau tak ada guna.
Dan ntah untuk apa kumeneteskan air mata, apa mungkin aku berharap kau kembali? Apa mungkin air mata dapat mewujudkannya? Sungguh sebenarnya aku ingin kau tuk kembali dan ku sembunyikan kau disuatu tempat agar seluruh waktumu hanya untukku. Tak seperti sekarang……… kau mengerti maksudku ‘kan? Iya kutau ini ego
Kutau cepat atau lambat aku pasti akan merasakannya. Kehilangan waktu yang dulunya untukku. Dan aku tlah merasakannya kini.
Ini bukan hal yang kau inginkan ’kan? Aku tau ini faktor kesibukan dan aku pahami ini. Sekuat hati aku ‘kan sabar menantimu kembali…… disini…… ditempat ini……
Dan ketika semuanya tlah datang senyuman pastikan kembali …

Pergilah kasih kejarlah keinginanmu, selagi masih ada waktu. Jangan HIRAUKAN DIRIKU, aku RELA berpisah, demi untuk dirimu semoga tercapai sgala keinginanmu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar