Aku tau mungkin aku bisa mengatakan iya, aku sanggup berkata rela, aku
mampu berucap bisa dan terlihat tanpa air mata, sesungguhnya itu hanya topeng
penutup muka
Memang dulu aku menginginkan, aku mengatakan, menyarankan, ketika
kau bilang kau tak akan
Ku katakan pada dunia bahwa ku ingin dan sungguh itu yang ku pinta
Ku katakan pada mereka pun aku bisa dan sanggup melewati semua
Ternyata mulut itu pendusta, yang hati katakan tak ia sampaikan yang hati
inginkan tak bisa ia wujudkan
Munafik…… yah mungkin itulah kata-kata yang tepat
Mulutku memang berkata iya namun hati tak pernah
Mulutku memang menyarankan namun hati tak karuan
Meski kau sudah katakan tidak namun mulutku selalu memaksamu untuk
melakukannya.
Sudah ku katakan itu hanya perkataan mulutku! Tidak bagi hatiku!
Ini pertemuan yang belum bisa kuanggap terakhir
karna ku tak pernah ingin. Aku tak tau hal apa yang harus aku lakukan. Apa aku
harus menangis didepanmu? Apa aku harus bahagia kau pergi menuntut ilmu? Apa
aku harus marah kau tinggalkanku? Dan apa ku harus tertawa karna kepergian
mendadakmu ini sedikit lucu? Ya baiklah kumemilih diam. Diam dengan tatapan
kosong adalah menuku pagi ini. Matamu bagaikan kedukaan yang tak bisa
kuperhatikan, aku tak sanggup. Aku tak bisa melakukan apa-apa selain
berpura-pura tersenyum. Ini pedih bagiku. Banyak hal yang harus kukatakan tapi
mengapa kuhanya diam? Banyak air mata yang harus kuluapkan namun mengapa
kusembunyikan? Entah apa pikirku.
Itu benar baru terasa kini, ketika kau telah pergi dan
tak disini lagi meski kutau ini diluar rencanamu, ini mendadak tak berniat
karna ku tau kau tak akan meninggalkanku.
Dan kini ia menyesal, ya mulutku maksudku
Memang dulu ia memaksamu, menyarankanmu, menyuruhmu seolah-olah jika kau
melakukannya ia sanggup meski kau selalu berkata tidak. Memang ia berkata rela,
bisa, dan ingin mencoba. Namun kini? Apa yang terjadi? Kau menuruti
keinginannya meski tak sengaja dan apakah dia bahagia dengan realita? setelah
ia merasakannya tak ada senyuman yang tertinggal meski hanya sebuah hiasan. Lebih
lagi ketika lagu Chrise yang sudah diaransement
oleh d’massiv ini dihayati. Kenyataan yang harus ia hadapi, semua, sendiri………
Karna kau tak disini lagi meski ku tau kau ‘kan kembali, kau pasti
kembali, iyakan? Kau tak akan meninggalkanku kan? Ya kuharap begitu karna
sesungguhnya bagiku satu semester itu waktu yang lama setelah kau tinggalkan
semua. meski kini selalu kuyakini hatiku bahwa itu tak selama yang ada
dibayanganku.
Sungguh sebenarnya ini hal yang paling kubenci, mungkin aku egois tak
ingin ditinggal tapi inilah aku. I hate
to be left so much. Aku sangat benci ditinggalkan, apalagi itu kau……
aku benci melakukan semua hal sendiri.
Aku betul-betul merasa kehilangan tempat favorit dikotaku membuatku just wanna stay at home everytime dan
membuatku kehilangan kantin sekolah yang membuatku tak bisa mengadu pada saat
lapar, bosan, that makes me just wanna
stay at class everyday. Aku benar-benar merasakan perubahan ini. Sungguh.
Kini mulut dan hati berkelahi, hati tak bisa menerima,
ini fatamorgana yang menyakitkan baginya. Mulut tak henti berucap sesal meski
ia tau tak ada guna.
Dan ntah untuk apa kumeneteskan air mata, apa mungkin aku berharap kau
kembali? Apa mungkin air mata dapat mewujudkannya? Sungguh sebenarnya aku ingin
kau tuk kembali dan ku sembunyikan kau disuatu tempat agar seluruh waktumu
hanya untukku. Tak seperti sekarang……… kau mengerti maksudku ‘kan? Iya kutau
ini ego
Kutau cepat atau lambat aku pasti akan
merasakannya. Kehilangan waktu yang dulunya untukku. Dan aku tlah merasakannya
kini.
Ini bukan hal yang kau inginkan ’kan? Aku tau ini faktor kesibukan dan
aku pahami ini. Sekuat hati aku ‘kan sabar menantimu kembali…… disini……
ditempat ini……
Dan ketika semuanya tlah datang senyuman pastikan kembali …
Pergilah kasih kejarlah keinginanmu,
selagi masih ada waktu. Jangan HIRAUKAN DIRIKU, aku RELA berpisah, demi untuk
dirimu semoga tercapai sgala keinginanmu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar