Aku tau ini bukan yang pertama bagiku
untuk kehilangan perasaan aneh, cinta.
Sebenarnya apa itu cinta? Aku belum
mengerti definisi cinta yang sesungguhnya, ada yang mengatakan bahagia, ada
yang mengatakan duka. Aku tak mengerti karna memang aku belum menemukannya
Aku butuh seseorang yang mengerti
sifatku,tak hanya yang bisa membuatku jatuh cinta tapi juga yang bisa membuatku
bertahan tuk mencintainya meski keadaan terpuruk sekalipun
Aku menemukan orang yang sangat sulit
aku lupakan namun dia membiarkanku, aku menemukan orang yang kelihatannya
benar-benar mencintaiku tapi ku tak bisa. Jadi apa sebenarnya itu cinta?
Tulisan ini kubuat ketika ku
terbayang wajah lugumu, kau inspiratorku kali ini, kau yang membuatku ingin
sekali melampiaskan perasaanku melalui kata-kata singkat ini.
Singkat cerita kau bagai mencintaiku
sepenuh hatimu, bahagia memang. Namun kau masih gagal, kenapa? Karna kau tak
dapat menahan hatiku tuk selalu mencintaimu
Aku tak tau dimana kurangmu, dimana
salahmu, sehingga perasaan ini berhanjak pergi. Padahal ku yakin kau
benar-benar mencintaiku. Ini kedua kalinya aku sia-siakan orang yang ‘terlihat’
benar-benar mencintaiku. Tapi apa mungkin aku harus terus mempertahankan
perasaannya yang mencintaiku dengan cara berpura-pura perhatian? Jelas-jelas
peduli pada orang yang tak kupedulikan lagi, dengan orang yang aku tak yakin dia siapa, adalah hal
tersulit bagiku. Lalu haruskah aku menyakitimu terlalu lama? Bukankah caraku
melepasmu ini benar? Sebenarnya jika ku
boleh jujur perasaan ini belum hilang sepenuhnya. Tapi aku tak tau hal seperti
apa yang membuatku rela untuk membiarkanmu pergi dari kandangmu ini. Mungkin aku tak mau membuatmu benar-benar
mencintaiku hingga kau lupa dengan caranya melupakan..melupakan orang yang
menyakitimu…
Aku tak ingin membuatmu terlalu
banyak berkorban untukku, melakukan hal yang tak seharusnya kau lakukan,
melakukan hal yang berlebihan walaupun ku melarang. Apa aku salah mengatakan
kau sulit melupakanku? Apa ini naïf? Apa kau kira kau begitu saja menghilang
dari benakku? Jangan pernah mengira melupakan orang yang pernah datang itu
gampang. Jangan kau kira aku tak butuh proses untuk tak mengingat keberadaanmu
yang pernah benar-benar menyentuh relung bathinku, yang pernah dan sempat memberikan
perhatian utuhmu untukku, yang ternyata dulu seluruh perhatianku juga milikmu,
kau yang memperlihatkan padaku betapa kau mencitaku, kau kira itu mudah? Apa kau
kira aku mudah untuk melupakanmu?
Aku hanya berfikir hal seperti apa yang
membuat kuli bangunan melepaskan paku dari suatu tumpukan kayu yang ia tau jika
ia melakukannya tumpukan itu akan roboh. Hal seperti apa yang membuatku rela
melepasmu padahal setelah itu aku merasa ada yang berbeda? Kurasa melepaskan
adalah cara kita bisa mencintai dengan sempurna, karna pacar bukan segalanya,
tak harus memiliki pacar kita bari bisa mencitai dan dicintai, aku benarkan? Mungkin
kita harus sama-sama berimajinasi bahwa melepaskan adalah cara terbaik dan kita
berfikir bahwa kita ‘kan lebih bahagia jika bisa merelakan satu sama lain meski
kenyataannya sulit.
Aku sebenarnya tak pernah
menginginkan perpisahan, perpisahan termanis sekalipun. Aku benci perpisahan,
namun bisakah aku menghindar? Perpisahan adalah sebuah realita yang harus kita
hadapi. Pertemuan dan perpisahan bak pasangan yang selalu menyatu, dimana ada
pertemuan tanpa kita sadari perpisahan telah menunggu diujung sana. Itulah mungkin
sebabnya air mata ini meluap keluar, novel yang berjudul goodbye happiness
memancing tangisku yang terpendam. Aku egois dalam hal ini, aku berfikir bahwa
aku saja yang memutuskan untuk meninggalkanmu menangis sejadi-jadinya bagaimana
denganmu yang jelas-jelas menolakku untuk menjauh? Apa kamu bisa menerima
keputusan satu pihakku? Mungkin kamu berpura-pura rela karena selama menjalin
hubungan aku belum pernah dibantah oleh sosokmu yang masih terngiang dibenakku,
kamu selalu mengikuti inginku. Lalu kenapa air mata ini begitu murah dan tak
tau malu meski mata-mata lain memandang?
Kamu saja bisa terlihat bahagia dan
baik-baik saja didepanku, kenapa aku tidak? Haruskah kujelaskan padamu didada
ini terasa sesak tentangmu, dipelupuk mata ini membendung air mata untukmu, dan
pipi ini basah karnamu? Kurasa ini tak mungkin. Ini kenyataan yang harus
kuterima dan kuharap semuanya baik-baik saja meskipun senyuman yang telah pergi
tak kan kembalikan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar